Semua itu mendadak berubah
Ia tak lagi disana. Tak lagi menanti kereta
Semua terasa amat berbeda.
Kesempurnaan itu Hilang dalam terpaan malam
Senyap ditelan kelelahan
Tenggelam di dalam kekecewaan.
Peron itu tak lagi sama. Bangku hijau berubah kusam
Suara mesin kereta membuat pekak telinga
Angin pun tak lagi menyejukkan tapi menghantarkan kesepian
Lampu neon meredup kehilangan keperkasaan
Laron-laron kecil pun tak dapat lagi menari
Kehilangan cahaya satu persatu mati
Penyanyi jalanan ikut berubah.
Suara emas nya hilang berganti sumbang
Lagu yang dibawakannya pun kesedihan kehilangan
Suaranya lemah menggerutu setiap nyanyian
Hujannya juga tak sama
Turun dengan lebat tak mau mengantri
Suara seng yang tertimpa curahan air terdengar bising
Ditambah suara guntur yang membuat merinding
Tak lagi betah aku bertahan disana
Semua kutatap dengan curiga
Muka-muka muram bertebaran
Tak ada lagi kebahagiaan
Dadaku sesak oleh rindu
Rindu oleh simfoni yang dulu
Rindu menantang indah wajahmu
Kini yang kurasakan hanyalah kelu
Aku ingin kesempurnaan itu kembali terulang
Untuk jiwa-jiwa yang sekarang usang
Untuk bunga-bunga layu terhantam rindu
Untuk relung dahaga ku yang tak tersiram senyummu
Aku tak lagi suka menanti kereta
semua tak lagi sama
tak ada keindahan ataupun keceriaan
yang ada hanya muram dan kesepian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar