Kadang kita mecintai orang begitu rupa hingga melupakan semua keburukan yang ada pada “yang dicinta”. Mungkin ini yang dinamakan cinta buta. Saat orang-orang sibuk berceloteh memberi nasihat untuk membuka mata hingga berbusa namun hanya di anggap biasa. Di dengarkan dengan seksama lalu mengiyakan apa yang dikatakan penasihat, lalu lupa. Lupa saat telah berjumpa dengan “yang dicinta”. Lupa semua kata yang telah di iya kan. Lupa semua keburukan yang telah berbukit-bukit ditumpukkan oleh “yang dicinta”. Lupa semua sakit yang telah bersarang hingga membuat bekas seperti lubang menganga yang telah lama ditinggal peluru yang menancap di dada. Lupa akan berliter-liter air mata yang telah tumpah dengan begitu derasnya. Lupa dengan bantal-bantal yang ia lampiaskan kekesalannya saat sedang terluka. Lupa dengan kasur yang setiap malam menjadi tempat berlabuhnya cerita lalu terpejam dengan mengiba.
Kadang kita mencintai orang begitu rupa hingga memberikan apa “yang dicinta” pinta. Ingin memberikan apa yang terbaik untuk “yang dicinta”. Ingin selalu ada untuk “yang di cinta”. seperti harta tak ada lagi gunanya jika ia meminta. Seperti harga sudah tak mampu lagi di pertahankan demi satu kata “cinta”. semua usaha dan daya akan di kerahkan hanya untuknya. Bahkan merasa kecewa bila tak dapat memenuhi apa keinginan “yang dicinta”. Hah ini juga “cinta buta”. Terlalu rumit untuk dapat dijabarkan terlalu kusut untuk dapat di leraikan. Padahal ia tahu kalau ini salah. Menyalahi aturan norma dan agama. Namun, cinta di atas itu semua. Cinta mengalahkan logika. Hah ini salah. Sungguh salah. Jangan menyatakan apapun dengan kata cinta jika ia menyalahi aturan agama. Karena Tuhan lah harus nya di atas segalanya.
Jika pecinta sudah sedemikian rupa mencinta hingga tak dapat membuka mata dan mengatas namakan cinta apa yang diperbuat dengan melanggar aturan yang ada, maka ia sudah jauh dari Tuhan-Nya. Sudah jauh dari pencipta. Ia dibutakan oleh syaitan yang mewujudkan cinta di atas segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar