haii. haii. haiii. udah pada sidang sarjana?? seneng banget doooong pastiii. seneng boleh banget karena hak asasi manusia, tapi jangan lupa buat urus langkah-langkah selanjutnya yang diperlukan buat dapet STLS atau ijazah!! apa aja langkah-langkah nyaa?? yuk simak langkah-langkah berikut ini!!
Sidang Sarjana Universitas Gunadarma dibagi dua yaitu jalur Skripsi dan Jalur kompre.
naaah buat yang kompre apa aja yang dibutuhin?? gampang banget!!
1. urus bebas keuangan
Setelah sidang kita juga harus bebas keuangan loooh. naah bawa apa aja si ke bebas keuangan?
a. Surat bebas keuangan yang di kasih loket pas sebelum sidang
b. Surat jadwal Sidang
c. Blanko Semester 9
d. KRS semester aktif
2. Setelah urus semua itu jangan lupa bayar ke Bank DKI trus balik lagi ke loket keuangan dengan membawa
a. Blanko yang sudah dibayar
b. Surat jadwal sidang
c. Surat bebas Keuangan
d. KRS
3. naah beres lah urus bebas keuangan. langkah selanjutnya yaitu urus UGCareer.
kita harus registrasi dulu ke http://career.gunadarma.ac.id/ klik register as job seeker di kanan atas. isi semua nya sampai ada konfirmasi ke email kita. Setelah selesai registrasi kita datang ke UGCareer yang terletak dibelakang kampus D gedung 3. bawa Surat jadwal Sidang.
4. Klo udah, kita urus bebas perpus. Kita dateng ke perpus di kampus D dengan membawa surat jadwal sidang. klo udah di cek, nanti dikasih blangko sumbangan buku. kita bayarkan ke bank DKI lalu kita balik lagi ke perpus untuk konfirmasi .
5. jangan lupa membayar blanko wisuda. setelah membayar kita bisa daftar wisuda di loket wisuda. dan mengambil toga
6. Ambil STLS. syarat ambil STLS adalah
a. Blanko pembayaran wisuda
b. Blanko pembayaran perpus dan cap perpus di jadwal sidang
c. surat jadwal sidang.
sekiaaan!!
Untuk jalur Skripsi. Ada beberapa tahapan lagi yang harus ditempuh
1. Jangan lupa urus revisi dan minta tanda tangan pada penguji/ pembimbing yang memberikan revisi.
2. Upload PPT dan jurnal
a. Upload PPT dan junal di deposit library. setelah di upload akan ada bukti upload untuk masing-masing PPT dan jurnal.
b. Print bukti upload PPT dan jurnal ke perpustakaan.
3. hardcover. minta tanda tangan Dosen Pembimbing dan Bagian Sidang Sarjana. Yang harus dibawa saat minta tanda tangan di bagian sidang sarjana adalah : surat revisi, dan bukti upload PPT dan jurnal.
Untuk bagian sidang sarjana, kita harus memerhatikan hal-hal berikut: Cover, Kata pengantar dan lembar pengesahan harus mengikuti format yang ada di http://baak.gunadarma.ac.id/sidang/page/detail/50/Dokumen-sidang-dan-skripsi karna kalau tidak sama formatnya akan ditolak di bagian sidang sarjana
3. Urus bebas Keuangan dengan syarat yang harus dibawa sama dengan kompre *lihat di atas*
4. Urus UG Career dengan syarat yang harus dibawa sama seperti kompre *lihat di atas*
5. Urus bebas Perpus. Untuk perpus ada beberapa langkah yang harus dilakukan
a. Upload semua tulisan skripsi dari cover sampai lampiran output dan scan lembar pengesahan yang telah di tanda tangani ke deposit library
b. datang ke perpus dengan membawa hardcover dan bilang sudah upload penulisan
c. nanti di kasih blanko pembayaran bebas keuangan. bayarkan!!
d. balik ke perpus dengan membawa blanko yang sudang dibayarkan dan surat jadwal sidang
6. Urus wisuda sama dengan kompre *lihat di atas*
7. Ambil STLS sama dengan kompre *lihat di atas*
Sekian!! dan Selamat bagi yang telah lulus sidang!! :D
tertanda,
Rismayuni
welcome to my blog
welcome to my blog !! Enjoy :)
Minggu, 20 Oktober 2013
Selasa, 15 Oktober 2013
Aku Tulis Lagi Cerita Ini
Aku tulis lagi cerita ini, aku mulai lagi petualangan imajinasiku, bertarung dengan raksasa imajiner yang
ku buat dalam sudut pojok ruang otak yang tak terjangkau, kutulis kembali cita rasa dalam bait-bait
prosa lantunan nada dalam baris kata-kata.
Malam ini aku duduk didepan notebook yang sudah 3 tahun ini menemaniku, sebuah notebook lama
pemberian orang tua, aku buka pengolah kata dan ku mulai dengan menekan tombol “new” di pojok
atas melalui genggaman kecil “tikus” biru tanpa kabel.
Ya, ini aku, seorang pemuda yang tak mahir dalam menulis kata-kata, tak mahir dalam menyampaikan
rasa cerita bahkan tak mampu menyampaikan setiap sudut kecil serpihan kata-kata yang begitu luar
biasa bergumul diotak yang tak mampu keluar dan tertuang yang berujung menjadi koleksi pribadi yang
terkurung dan tersimpan tak tersampaikan.
Hari ini aku mulai menulis kembali, mulai mengingat kembali setiap imajinasi yang ada, entah karena
apa aku mulai menulis kembali, tapi mungkin juga karena dia, seorang yang tak pernah tertawa akan
mimpi-mimpi gila yang kubuat dan kugenggam, mempercayai kebohongan gila bahwa aku ingin
mengubah dunia, menatapku lebih dalam dan membuat ku begidik dalam hati dan berkata “Ya, akan
kutunjukan kebohongan itu menjadi nyata”.
Berat langkah 1
Jika diutarakan, aku dapat mendeskripsikan dalam sebuah narasi bahwa hidup ku tanpa tahu tujuan, aku
tidak paham apa yang betul-betul ingin aku lakukan, aku bahkan tidak tahu siapa diriku sebenarnya, aku
berfikir, apa hanya aku yang mengalaminya? Atau masih banyak diantara kalian yang membaca tulisan
ini kemudian berkata “tidak, anda tidak sendiri, aku pun demikian”
Berat langkah 2
Dalam jalur tak terinterupsi dari waktu, aku berfikir sejenak akan apa yang sudah kulakukan dalam
beberapa catatan singkat waktu ku, tak banyak yang kulakukan, tak banyak yang dapat ku banggakan,
tak banyak juga dari sedikit memori yang ku buang tanpa ku tahu manfaat dan tujuannya.
Intrupsi 1
Aku mencintai dunia yang sangat berbeda dari apa yang kujalani, aku mencintai apa yang tidak aku
lakukan dalam hidup, teringat seorang teman dari rekan kerjaku kini, dimana dia mencapai pencapaian
yang luar biasa, tidak untuk dunia, tapi minimal ia mampu merealisasikan setiap mimpi-mimpi kecil yang
dibuatnya, dan itu membuat ku begitu cemburu! Ya cemburu, bukan karena aku cemburu pada apa yang
ia peroleh, tapi aku cemburu pada apa yang ia mampu impikan, aku ingin bermimpi, mimpi yang benar-
benar nyata.
Intrupsi 2
Mimpi itu yang memang tidak nyata, dikatakan mimpi karena bukan realita, dikatakan imajinasi karena
mimpi yang memegang kendali. Lantas kenapa aku harus begitu khawatir? Tapi lihat kawan, aku masih
terus mengetik naskah ini, masih terus berimajinasi bahwa tulisan ini suatu hari akan menjadi nyata dan
dapat anda baca. Ya hari ini aku melakukan intrupsi, intrupsi dari segala mimpi palsu yang pernah aku
buat, image yang kubuat, dan kebiasaan rutinitas yang ku buat. Ya ini Intrupsi!
Detik palsu
Kotak kecil putih berdering sekali di samping kanan ku, menyala lampu ungu yang ku tahu itu adalah
pesan singkat yang datang, aku enggan membukanya, aku malas menyentuhnya, tanganku masih
mengetik, tanganku masih menumpu notebook ku untuk terus menulis dalam rintihan detik. suara
detik, ya detik palsu.
Intrupsi 3
Sejenak kuhentikan aktifitasku, kuhentikan jemariku bergidik didatas papan ketik, ku angkat ponsel ku
dan kubaca pesan singkat itu “aku dikunciin papa”, haha aku tertawa dan kubalas pesannya dengan
nada meledek pasih. Ya, kulanjutkan kembali, dari intrupsi singkat beberapa detik ini.
Intrupsi 4
Lagi-lagi aku terhenti dalam menulis, aku memandang kedepan lepas dari layar notebook yang dari tadi
kupandang, didepan ruang meja makan, ada sebuah jendela yang tertutup hampir 9/10 nya oleh lemari
yang sengaja dihadapkan untuk menurut jendela, diatasnya ada piala, biola, dan beberapa piagam
serta helm lucu berbentuk muka.
Sebuah pesan balasan kembali menerjang kotak putihku, “sini berbagi ama aku”, ya setelah intrupsi ini
akan kubagi cerita ini.
Besi tua atau hidup anda tak berharga? FREE!
Aku mereview tulisanku, kubenarkan dan kuhapus kata-kata “ku” yang menurut pengelihatan sudah
mulai tak sedap dipandang, sebuah neraca di otak mulai menimbang-nimbang hidup. Aku kembali
teringat akan pekerjaanku yang tak mampu lagi kunikmati, bukan karena aku tak menyukai, hanya aku
yang terlalu bosan dengan fiksi dan semua scenario bullshit yang sekarang sedang aku kerjakan.
Aku mau bebas! Free!
Bebas?
Apa yang anda ketahui tentang bebas, hidup ketika surga dan neraka yang tidak pernah tercipta?
(sambil berimajinasi bahwa tiba-tiba ada sebuah background music karya sesepuh yang terputar untuk
mendramtisir tulisan tak berbobot ini).
Baik apa itu bebas? Tidak tahu? Tidak mau tahu? Apa anda tidak peduli? Ya itu bebas, anda bebas untuk
merasakan apa yang anda inginkan, bebas menjawab pertanyaan, tak peduli itu benar atau salah, ya
sekali lagi saya katakan itu bebas! Free!
Aku tunggu
Ya sebuah kata “aku tunggu” mengganggu pikiranku, bahkan aku takut untuk menulis dalam tulisan ini
karena kelak akan ku beri. Tapi kembali pada sebuah intrupsi, aku ingin bebas, “free”! bebas dalam
menulis setiap tulisan, dalam tarian jari-jari dalam nikmatnya romatisme dari instrument-instrument
bergejolak dari kata “silence”. Diam.
Jangan protes!
Ya, tidak ada yang berhak memprotes saya, kecuali anda, dia, siapapun, lantas dimana saya harus
bebas? Apa bebas perlu aturan? Lagi-lagi manusia selalu ingin mencampuri tulisan ini.
Cukup.
Ya, beberapa baris ketik ku spasi, sudah cukup aku berminajinasi, mari kembali dalam relung-relung
kebohongan akan hidup.
Mari biarkan aku membohongi kalian, dalam cerita ini, aku berkata, dalam tulisan ini aku berbagi.
Terhormat,
Just Hans Darmawan.
by :
Jemiro Kasih
ku buat dalam sudut pojok ruang otak yang tak terjangkau, kutulis kembali cita rasa dalam bait-bait
prosa lantunan nada dalam baris kata-kata.
Malam ini aku duduk didepan notebook yang sudah 3 tahun ini menemaniku, sebuah notebook lama
pemberian orang tua, aku buka pengolah kata dan ku mulai dengan menekan tombol “new” di pojok
atas melalui genggaman kecil “tikus” biru tanpa kabel.
Ya, ini aku, seorang pemuda yang tak mahir dalam menulis kata-kata, tak mahir dalam menyampaikan
rasa cerita bahkan tak mampu menyampaikan setiap sudut kecil serpihan kata-kata yang begitu luar
biasa bergumul diotak yang tak mampu keluar dan tertuang yang berujung menjadi koleksi pribadi yang
terkurung dan tersimpan tak tersampaikan.
Hari ini aku mulai menulis kembali, mulai mengingat kembali setiap imajinasi yang ada, entah karena
apa aku mulai menulis kembali, tapi mungkin juga karena dia, seorang yang tak pernah tertawa akan
mimpi-mimpi gila yang kubuat dan kugenggam, mempercayai kebohongan gila bahwa aku ingin
mengubah dunia, menatapku lebih dalam dan membuat ku begidik dalam hati dan berkata “Ya, akan
kutunjukan kebohongan itu menjadi nyata”.
Berat langkah 1
Jika diutarakan, aku dapat mendeskripsikan dalam sebuah narasi bahwa hidup ku tanpa tahu tujuan, aku
tidak paham apa yang betul-betul ingin aku lakukan, aku bahkan tidak tahu siapa diriku sebenarnya, aku
berfikir, apa hanya aku yang mengalaminya? Atau masih banyak diantara kalian yang membaca tulisan
ini kemudian berkata “tidak, anda tidak sendiri, aku pun demikian”
Berat langkah 2
Dalam jalur tak terinterupsi dari waktu, aku berfikir sejenak akan apa yang sudah kulakukan dalam
beberapa catatan singkat waktu ku, tak banyak yang kulakukan, tak banyak yang dapat ku banggakan,
tak banyak juga dari sedikit memori yang ku buang tanpa ku tahu manfaat dan tujuannya.
Intrupsi 1
Aku mencintai dunia yang sangat berbeda dari apa yang kujalani, aku mencintai apa yang tidak aku
lakukan dalam hidup, teringat seorang teman dari rekan kerjaku kini, dimana dia mencapai pencapaian
yang luar biasa, tidak untuk dunia, tapi minimal ia mampu merealisasikan setiap mimpi-mimpi kecil yang
dibuatnya, dan itu membuat ku begitu cemburu! Ya cemburu, bukan karena aku cemburu pada apa yang
ia peroleh, tapi aku cemburu pada apa yang ia mampu impikan, aku ingin bermimpi, mimpi yang benar-
benar nyata.
Intrupsi 2
Mimpi itu yang memang tidak nyata, dikatakan mimpi karena bukan realita, dikatakan imajinasi karena
mimpi yang memegang kendali. Lantas kenapa aku harus begitu khawatir? Tapi lihat kawan, aku masih
terus mengetik naskah ini, masih terus berimajinasi bahwa tulisan ini suatu hari akan menjadi nyata dan
dapat anda baca. Ya hari ini aku melakukan intrupsi, intrupsi dari segala mimpi palsu yang pernah aku
buat, image yang kubuat, dan kebiasaan rutinitas yang ku buat. Ya ini Intrupsi!
Detik palsu
Kotak kecil putih berdering sekali di samping kanan ku, menyala lampu ungu yang ku tahu itu adalah
pesan singkat yang datang, aku enggan membukanya, aku malas menyentuhnya, tanganku masih
mengetik, tanganku masih menumpu notebook ku untuk terus menulis dalam rintihan detik. suara
detik, ya detik palsu.
Intrupsi 3
Sejenak kuhentikan aktifitasku, kuhentikan jemariku bergidik didatas papan ketik, ku angkat ponsel ku
dan kubaca pesan singkat itu “aku dikunciin papa”, haha aku tertawa dan kubalas pesannya dengan
nada meledek pasih. Ya, kulanjutkan kembali, dari intrupsi singkat beberapa detik ini.
Intrupsi 4
Lagi-lagi aku terhenti dalam menulis, aku memandang kedepan lepas dari layar notebook yang dari tadi
kupandang, didepan ruang meja makan, ada sebuah jendela yang tertutup hampir 9/10 nya oleh lemari
yang sengaja dihadapkan untuk menurut jendela, diatasnya ada piala, biola, dan beberapa piagam
serta helm lucu berbentuk muka.
Sebuah pesan balasan kembali menerjang kotak putihku, “sini berbagi ama aku”, ya setelah intrupsi ini
akan kubagi cerita ini.
Besi tua atau hidup anda tak berharga? FREE!
Aku mereview tulisanku, kubenarkan dan kuhapus kata-kata “ku” yang menurut pengelihatan sudah
mulai tak sedap dipandang, sebuah neraca di otak mulai menimbang-nimbang hidup. Aku kembali
teringat akan pekerjaanku yang tak mampu lagi kunikmati, bukan karena aku tak menyukai, hanya aku
yang terlalu bosan dengan fiksi dan semua scenario bullshit yang sekarang sedang aku kerjakan.
Aku mau bebas! Free!
Bebas?
Apa yang anda ketahui tentang bebas, hidup ketika surga dan neraka yang tidak pernah tercipta?
(sambil berimajinasi bahwa tiba-tiba ada sebuah background music karya sesepuh yang terputar untuk
mendramtisir tulisan tak berbobot ini).
Baik apa itu bebas? Tidak tahu? Tidak mau tahu? Apa anda tidak peduli? Ya itu bebas, anda bebas untuk
merasakan apa yang anda inginkan, bebas menjawab pertanyaan, tak peduli itu benar atau salah, ya
sekali lagi saya katakan itu bebas! Free!
Aku tunggu
Ya sebuah kata “aku tunggu” mengganggu pikiranku, bahkan aku takut untuk menulis dalam tulisan ini
karena kelak akan ku beri. Tapi kembali pada sebuah intrupsi, aku ingin bebas, “free”! bebas dalam
menulis setiap tulisan, dalam tarian jari-jari dalam nikmatnya romatisme dari instrument-instrument
bergejolak dari kata “silence”. Diam.
Jangan protes!
Ya, tidak ada yang berhak memprotes saya, kecuali anda, dia, siapapun, lantas dimana saya harus
bebas? Apa bebas perlu aturan? Lagi-lagi manusia selalu ingin mencampuri tulisan ini.
Cukup.
Ya, beberapa baris ketik ku spasi, sudah cukup aku berminajinasi, mari kembali dalam relung-relung
kebohongan akan hidup.
Mari biarkan aku membohongi kalian, dalam cerita ini, aku berkata, dalam tulisan ini aku berbagi.
Terhormat,
Just Hans Darmawan.
by :
Jemiro Kasih
Langganan:
Postingan (Atom)